Bukan hanya sebagai alternatif bagi pecandu rokok konvensional untuk berhenti merokok,vape atau rokok elektrik ini sekarang sudah menjadi bagian dari lifestyle bagi sebagian orang.
Bahkan sampai saat ini masih banyak pertimbangan dari beberapa praktisi kesehatan mengenai apakah rokok elektrik layak untuk digunakan atau tidak.
Bahkan pemerintah Indonesia belum bisa mengeluarkan regulasi untuk rokok elektrik ini.
Sering terjadi perdebatan bahwa rokok elektrik tidak lebih buruk dari rokok tembakau,tapi ada pula pendapat yang menyatakan hal sebaliknya.
Kurangnya pengetahuan mengenai vape ini membuat sebagian orang hanya bisa melihat dari 1 sisi saja.
Ditambah dari banyak pemberitaan dari media yang belum tentu kebenarannya dan diserap mentah-mentah sehingga membuat banyak orang akhirnya mengambil kesimpulan sendiri.
Melalui artikel ini saya ingin mencoba membuka sudut pandang baru mengenai vape dengan fakta yang mungkin "tersembunyi" di beberapa kalangan.
sebelum membaca lebih jauh alangkah lebih baiknya kalau kita kenalan dulu dengan vape.
bagi yang belum membaca postingan saya tentang apa itu vape,bisa meluncur kesini terlebih dahulu ya,agar nanti penjelasan saya dia artikel ini bisa nyambung dan tidak blur. oke?
Dari apa yang sudah saya bahas sebelumnya mengenai detil rokok elektrik, sudah terlihat jelas perbedaannya dengan rokok konvensional .
mulai dari kandungannya, cara memakainya bahkan hasil akhirnya (rokok konvensional menghasilkan asap,sedangkan vape menghasilkan uap).
Jika kita ingin membandingkan dari segi kesehatan, tentu saja cara yang paling mudah adalah dilihat dari kandungannya.
Kita ambil contoh kandungan nikotin dari 2 model rokok tersebut.
Pada rokok konvensional, mengandung 1,1mg nikotin per batang, jika kamu menghisap sebungkus rokok konvensional maka kamu sudah mengkonsumsi sekitar 22mg nikotin .
Untuk kadar nikotin yang terdapat di eliquid, di Indonesia sudah beredar 3 macam kadar nikotin yaitu 0mg, 3mg, dan 6 mg (sebenarnya ada kadar yang lebih tinggi lagi,tapi disini saya ambil contoh umumnya saja ya).
kamu bisa mengukur jumlah pemakaian eliquid pada vapor dengan kepadatan nikotin tertinggi 6mg.
Jadi kalau kamu ingin secara bertahap berpindah dari rokok konvensional ke vape, kamu bisa mengatur sendiri kadar nikotin yang akan kamu konsumsi.
kalau kamu memang mau berhenti total dari rokok konvensional, kamu bisa memakai eliquid 0mg nikotin.
Terlihat jelas kan fakta kemanan memakai vape dibandingkan rokok konvensional?
untuk lebih memantapkan sudut pandang mana yang lebih sehat antara vape dan rokok.
ada sebuah penelitian juga lho khusus untuk kasus ini.
Seorang peneliti dari Rosswell Park Cancer Institute bernama Maciej Goniewicz, merekrut 20 orang perokok konvensional sebagai responden.
Para perokok ini mempunyai latar belakang bahwa masing-masing dari mereka rata-rata merokok selama 12 tahun dan sebanyak 16 batang rokok konvensional per hari.
Mereka diberikan 20 batang rokok konvensional dan rokok elektrik dan setelah 2 minggu kemudian sampel urin mereka diperiksa di laboratorium oleh tim ilmuwan internasional.
Para peneliti mempelajari dan membandingkan kadar nikotin dan 17 racun yang pada umumnya ada di sebatang rokok konvensional. Hasilnya adalah zat nikotin yang terkandung di dalam responden tidak berubah antara rokok elektrik dan rokok konvensional. Tetapi 17 zat beracun yang berada di rokok konvensional telah menurun setelah responden beralih menggunakan rokok elektrik.
Efek penurunan ini serupa saat seseorang berhenti memakai rokok konvensional.
Tapi semua kembali lagi pada konsumen.
apakah mereka lebih memilih rokok konvensional atau rokok elektrik.
karena walaupun banyak media besar di luar negeri yang memberikan respon positif pada vape,toh sampai saat ini pemerintah belum mengeluarkan pernyataan resmi bahwa rokok eletrik aman untuk digunakan.
Bagaimana jika ternyata pemberitaan negatif selama ini yang kita temui merupakan ulah beberapa kalangan yang ingin tetap menjaga agar posisi mereka takut tergeser?
who knows??
No comments:
Post a Comment